Mau beli pulsa di bikin susah.


Jakarta - Sistem hard
cluster dalam distribusi pulsa
dinilai tak cuma membatasi
gerak para penjual. Para
pelanggan pun dituding akan
kena imbas negatifnya.
Menurut salah satu perwakilan
Paguyuban Pedagang Pulsa
Indonesia (PPPI), Erwin,
sistem hard cluster ini
singkatnya adalah membatasi
penjual di wilayah tertentu
untuk mendistribusikan pulsa
elektriknya ke para pengguna di
luar cluster (wilayah) ia berada.
"Bukannya tidak bisa, namun
proporsinya dibatasi cuma
20%, sedangkan 80% sisanya
harus dijual di
area clustermereka," tukasnya
kepada detikINET, ditemui di
sela demo PPPI di depan kantor
Telkomsel, Kamis (2/2/2012).
Artinya, penjual pulsa yang
terdaftar di cluster X akan
dibatasi jika ingin menjual
pulsanya ke wilayah di luar itu.
Jika proporsi penjualan pulsa di
luar cluster melebihi dari yang
ditentukan, maka akan dikenai
sanksi berupa pengurangan
kuota dari Telkomsel. Terus
begitu sampai chip dimatikan.
"Namun masalahnya adalah, apa
konsumen mau tahu soal
kondisi ini?" sungut Erwin, yang
juga dari perwakilan pedagang
pulsa Roxy tersebut.
"Seperti kalau hujan-hujan
mereka sekarang harus keluar
untuk beli pulsa.
Dulu kan tinggal SMS atau BBM
saja kepada penjual kenalannya,
dan dibayar nanti. Padahal
kebutuhan pulsa sudah mobile,
pelanggan butuh kapanpun dan
di manapun," lanjutnya.
Tak pelak, jika pelanggan
merasa kesulitan, bukan tak
mungkin hal ini bisa
mengakibatkan pindahnya
mereka ke operator lain yang
lebih memudahkan dalam
pendistribusian 'bahan bakar'
telekomunikasi tersebut.
"Karena sebagai pelanggan
Telkomsel saya juga punya hak
untuk membeli pulsa di mana
saja. Masak mau isi pulsa saja
dibikin susah," pungkasnya.
Sebelumnya, PPPI yang
berjumlah sekitar 100-an orang
menggeruduk kantor Telkomsel
di kawasan Gatot Subroto,
Jakarta, untuk melakukan
demonstrasi memprotes
kebijakan sistemcluster pulsa.
Telkomsel menjadi sasaran
utama lantaran memegang
porsi terbesar penjualan pulsa
yakni mencapai 60%, disusul XL
dan Indosat sebesar 30 persen,
dan sisanya operator lain.
Selain itu, aturan yang mereka
terapkan dianggap lebih ketat
dibanding operator lain. "Kalau
operator lain seperti XL juga
menerapkan cluster pulsa, tapi
tak membatasi jika pedagang
ingin menjual pulsa di luar
wilayah cluster yang ditentukan,
selama chip untuk melakukan
pengisian tetap di cluster-nya,"
imbuh Wahyu, perwakilan PPPI
lainnya.
Menanggapi protes para
penjual pulsa ini, GM Corporate
Communication Telkomsel
Ricardo Indra mengatakan,
pihaknya saat ini tengah
berusaha memberikan
pemahaman kepada mitra
bisnis mereka, yakni para
pedagang pulsa tersebut
mengenai sistem cluster yang
mereka terapkan.
"Itu kan sama seperti bisnis lain.
Ketika kita berbicara masalah
distribusi maka berlaku juga
cara bagaimana mereka
melakukan distribusi. Kita tahu
potensi market, jumlah
pelanggan di suatu wilayah dan
sebagainya. Itu supaya supply
tepat sasaran," jelas Ricardo.
Karena dilakukan sesuai potensi
pasar, menurut Ricardo,
kebijakan cluster sebenarnya
lebih ke arah menjamin
ketersediaan produk Telkomsel
bagi para pelanggan.
"Soal keberatan mereka saya
belum tahu, kami masih
berdialog hingga pukul dua
siang nanti. Kalau dari pihak
Telkomsel ya itu tadi, jangan
sampai satu daerah kekurangan
atau kelebihan pasokan. Intinya
supaya pelanggan tidak
kesulitan mencari produk kami,"
tandasnya.



sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar